Jumat, 31 Juli 2009

Tenerife

Saya mengambil judul ini dari Musibah Tenerife di Spanyol, yaitu tabrakan antara 2 pesawat Boeing 747 milik KLM (Belanda) dan PNM (Panama). Musibah ini terjadi di landasan bandara Tenerife. Pada mulanya, pihak menara menyuruh kapten PNM untuk berbelok (masih di landasan), tapi kapten pilot itu melewatkan belokan yang seharusnya dilewati sehingga ia mencari belokan yang lain. Dilain pihak, kapten KLM, Kapten Van Santen (yang sudah sangat berpengalaman dan sering diminta untuk melatih pilot-pilot baru) sangat tergesa-gesa karena pesawat itu sudah menunda penerbangan 3,5 jam. Kija ditunda lagi, pihak KLM akan membayar denda penginapan selama 1 hari kepada penumpang atas keterlambatannya (hebat yah,, nggak kayak negara saya). Ketika itu, Kapten Van Santen (KLM) akan lepas landas tanpa pemberitahuan ke menara pengawas dan di saat yang sama terjadi heterodyne (gangguan antara radio pesawat dan menara yang terjadi akibat pilot KLM dan menara pengawas berbicara di saat yang bersamaan. Akibatnya, co-pilot KLM yang mengkonfirmasi lepas landas KLM hanya mendengar suara "baik" diantara keributan yang terjadi akibat heterodyne itu. Lalu, KLM pun bersiap lepas landas. Beberapa detik kemudian, Kapten Van Santen (KLM) melihat pesawat PNM di depannya dan langsung mengangkat pesawat. Sayangnya, akibat bobot pesawat yang terlalu berat (KLM mengisi avtur tambahan untuk mempercepat transit selanjutnya karena keterlambatan di Tenerife), roda KLM menabrak PNM. Dan.. terjadilah musibah Tenerife itu. Musibah kecelakaan pesawat terbesar di dunia.

Yah,, setelah intermezzo di atas, ada 2 hal yang ingin saya sampaikan disini:
!. Saya salut sama KLM, dia sangat memperhatikan penumpang/konsumen. Terlambat 3,5 jam sudah memikirkan denda penginapan yang harus dibayar. Sedangkan di negara saya,, ketika pesawat yang akan dinaiki Ayah saya terlambat 4 jam, Ayah saya hanya mendapat Pop mie sebagai gantinya.. Saya salut sama KLM..
2. Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Begitu juga dengan Kapten Van Santen, dia adalah kapten yang sangat berpengalaman (kata pembicara di TV, yah, jadinya saya yakin 90% benar). Pada saat itu, dia lepas landas tanpa persetujuan dari menara pengawas. Yang mengonfirmasi kepas landasnya KLM juga co-pilotnya. Trus, pas awak pesawatnya ngomong, "Kapten, pesawat PNM masih di landasan!". Kapten Van Santen hanya menjawab, "Benarkah?" lalu melanjutkan kegiatannya (membuat pesawat lepas landas dengan kecepatan penuh). Dari sini, kita dapat belajar "Don't underestimate anything". Walaupun Kapten Van Santen itu berpengalaman, tetap saja ia todak boleh mengambil keputusan untuk melepas-landaskan pesawat. Tetapi, ia terbebas dari hukuman karena kejadian heterodyne dan sindrom pelatihan yang mungkin membuat dia seperti berada di dalam ruang simulasi. Tapi mo disalahin juga orangnya undah mati. Masa' anaknya yang mo masuk penjara, atau istrinya gitu.. Tapi saya nggak tau sih, hukuman di Belanda kayak apa..

Okay, I think it;'s enough for now... Saya mo siap-siap pulang dulu setelah ngungsi buat hotspotan.. Hahaha.. Have a nice day!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar